Kalian tau PLP Marinir di Situbondo? Iyah PLP Marinir. Tepatnya
di Karang tekok, Situbondo. Itu tempat pertama kali aku berjumpa dia. Desember
2007. Aku dan dia sama-sama menggunakan seragam pramuka saat itu. Sudah 5 tahun
yang lalu. Aku ingat senyuman termanis yang pernah aku temui waktu itu. Ah senyuman
nakalnya akan selalu aku ingat. Kurus, hitam, rambut sedikit cepak, tinggi dan
manis. Dia sudah punya kekasih. Namun tetap mampu menebar pesona dan senyuman
menggoda ke seluruh wanita. Itulah kemampuan dia. Yang aku suka dan aku benci.
Aku memanggilnya aa’. Panggilan sayangku untuknya waktu
itu, sewaktu dia menjadi kekasihku. Sekarang? Bukan panggilan sayang lagi,
hanya panggilan sebagai kakak. Aa’ itu merupakan sosok inspiratif dalam
hidupku. Dia yang menjadi pendamping
hidupku di saat aku mulai beranjak dewasa. Dia yang mengajarkan aku bagaimana
mencintai seseorang, bagaimana cara menjadi wanita yang mampu menanti dengan
setia, menjadi wanita yang sabar dan tegar, serta menjadi seseorang yang tak
menyianyiakan kehidupan.
Aku mengenalnya sejak aku masih berseragam putih abu-abu. Terlalu
banyak waktu yang aku lewatkan bersamanya. Pergi ke pantai dan gunung setiap
hari Minggu, di antar jemput ke sekolah setiap pergi sekolah dan setiap latihan
karate. Dia selalu mengingatkanku untuk menyikat sepatu setiap akan pergi
sekolah, selalu mengingatkanku untuk mengecek ulang buku-buku yang akan dibawa.
Dia selalu menantiku pulang di depan Gor Situbondo. Aku masih sangat
mengingatnya. Tak kan kulupakan. Ah, aku rindu masa-masa itu!
Apakah kalian tau? Hal yang
aku suka dari aa’ adalah ketika dia bercerita. Dia sering bercerita tentang
kehidupannya. Bahkan ketika dia telah menjadi tentara saja, dia selalu
menceritakan setiap hal yang dia lalui di tempat dia pendidikan. Mendengarnya bercerita
merupakan hal yang aku nanti walau hanya lewat telepon saja. Aku dan dia LDR.
Lalu bagaimana tentang hal terindah ketika bersamanya? Setiap
waktu yang kulalui bersamanya merupakan hal terindah. Hal yang paling
membahagiakan darinya ketika dia masih sempat menelponku disela-sela dia
pendidikan ketika aku ulang tahun. Hanya beberapa menit saja. Sama halnya
dengan itu, pertama kali aku jumpa dia setelah ditinggal pendidikan dasar aku
juga hanya berjumpa beberapa menit saja karena aku harus pergi study tour ke
Bali. Saat itu dia datang menemuiku bersama mas Aliwafa. Sedangkan hal terburuk
yang aku lalui bersamanya adalah ketika dia akan pegi terjun untuk yang pertama
kali. Dia mengakui segala kesalahannya padaku. Kesalahan yang membuatku
menangis dihadapannya. Pedih dan masih ada sisa sayatan luka itu hingga kini.
Di setiap kebersamaan juga pasti akan ada perpisahan. Tuhan
menghendaki aku dan dia berpisah. Aku harus benar-benar merelakan dia untuk
pergi bersama wanita lain. Tak bisa aku ceritakan bagaimana kejadian itu. Terlalu
menyakitkan, yang pasti saat ini aku telah ikhlas ^^. Dan tak lupa, ada satu hal janji yang belum ditepati oleh dia, dia akan hadir di akad nikahku suatu saat nanti. Entah kapan, entah dimana, entah dengan siapa.
Saat tulisan ini aku buat, dia berumur 22 tahun. Selisih dua tahun denganku, saat ini dia telah memiliki calon pendamping hidup. Semoga aa’ selalu bahagia disana. Dan titip pesan untuk pendampingmu, jangan pernah cemburu padaku. Aku tak akan pernah kembali kepada aa’. Karena aku tau bagaimana rasanya ketika seorang yang kita jaga kemudian meninggalkan kita bersama wanita lain. Sakit. Tak ada obatnya.
Saat tulisan ini aku buat, dia berumur 22 tahun. Selisih dua tahun denganku, saat ini dia telah memiliki calon pendamping hidup. Semoga aa’ selalu bahagia disana. Dan titip pesan untuk pendampingmu, jangan pernah cemburu padaku. Aku tak akan pernah kembali kepada aa’. Karena aku tau bagaimana rasanya ketika seorang yang kita jaga kemudian meninggalkan kita bersama wanita lain. Sakit. Tak ada obatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar