Selasa, 09 April 2013

Cerita dari Ujung Bukit :)


Mengajar? Mengapa tidak..
            Beberapa bulan yang lalu aku menikmati akhir pekanku dengan kegiatan yang berbeda dengan hari-hari yang pernah aku lalui sebelumnya. Aku berpetualang dan berbagi dengan orang baru dan tempat yang baru pula. Sebelumnya, mungkin akan kuperkenalkan diriku terlebih dahulu. Namaku Hanifa Ariyanti. Aku salah satu mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Jember. Sebenarnya mahasiswa FKM berkompeten dibidang penyuluhan kesehatan di masyarakat. Namun kini aku merasa jadi sosok berbeda sejak mengikuti program Unej Mengajar, aku akan mengajar! Mengajar di sebuah desa yang letaknya tak jauh dari  pusat kota Jember, sekitar 40 menit perjalanan menggunakan sepeda motor.
Aku tak sendiri, aku bersama beberapa kawan yang juga akan ikut mengajar di SDN Darsono 4. Kami menelusuri jalanan yang awalnya biasa saja namun kemudian harus melewati jalan yang sepertinya tak pernah diperhatikan pemerintah. Hingga pada akhirnya kami sampai di desa Darsono, kami menitipkan sepeda kami di salah satu rumah warga karena untuk mencapai tempat kami mengajar jalan yang ditempuh sulit sehingga harus berjalan sekitar 500 M untuk mencapai sekolah. Dalam perjalanan ini aku tidak merasa seperti akan mengajar, namun merasa sedang mengikuti penjelajahan. Kami menelusuri jalanan menanjak dengan pemandangan bukit dan sawah yang sungguh menakjubkan. Di tengah perjalanan mulai tampak bangunan diujung bukit, tampaknya itu adalah sekolah tempat kami akan mengajar. Dengan nafas yang mulai terengah-engah akibat jalanan menanjak, kamipun sampai disekolah tersebut. Kami disambut oleh puluhan malaikat kecil yang menggemaskan. Mereka menciumi tanganku dan menanyakan siapa namaku. Sangat tampak semangat dan kegembiraan dari senyuman mereka. Mereka adalah adik-adik yang akan menemaniku menghabiskan waktu hari ini. Kalau boleh menilai, tempat mereka tak seperti sekolah pada umumnya, tempat mereka belajar hanyalah berlantai tanah dengan genangan air dan berdinding “gedek”.
 Di sekolah ini hanya ada lima kelas, tak ada kelas 6 karena sekolah ini masih tergolong baru. Di sekolah ini hanya ada 4 orang guru. Di sekolah ini tak ada ketentuan harus memakai seragam. Adik-adikku ada yang memakai kaos olahraga dari sekolah lain, ada yang memakai celana pramuka namun memakai  kaos oblong, ada yang menggunakan jersey timnas Indonesia atupun klub luar negeri. Matakupun dapat menangkap bahwa adik-adikku ini tak mengenakan sepatu! Mereka memakai sandal jepit. Itulah gambaran keadaan adik-adik ditempatku mengajar. Namun jangan salah, semangat mereka tak kalah dengan semangat para pejuang terdahulu. Mereka sangat antusisas dengan pelajaran yang kami berikan. Kebanyakan mereka menyukai pelajaran matematika dan menggambar.
Kebanyakan dari mereka tak begitu paham berbahasa Indonesia dan hanya paham bahasa madura. Sehingga beberapa kawanku kesulitan berkomunikasi. Namun itu tak menjadi masalah bagi kami untuk tetap mengajar dan menyalakan lilin perubahan untuk adik-adik kami. Setiap Sabtu kami mengajar seperti pelajaran disekolah pada umumnya dan hari Minngunya kami mengajar ekstrakulikuler yaitu pramuka, sepakbola, dan bulu tangkis. Senyuman dan semangat merekalah yang menjadi penyemangat kami disaat kami mulai akan menyerah. Aku pribadi sangat bangga dengan perjuangan adik-adikku disana. Mereka masih SD harus menelusuri jalanan yang cukup jauh untuk pergi sekolah, menjadi sindiran tersendiri bagiku yang terkadang malas pergi kuliah padahal jaraknya tak seberapa.
Sejak aku mengajar, tak sedikit orang yang bertanya berapa bayarannya? Kamu dapat apa disana? Aku dan semua kawanku mengajar bukan untuk dibayar dengaan uang. Kami mahasiswa sebagai agen perubahan harus melakukan sesuatu untuk Indonesia tercinta ini. Sudah bosan mendengarkan celotehan yang hanya menyalahkan, sekarang adalah saatnya menyalakan lilin perubahan yang lebih baik. Prestasi dan perubahan positif dari adik-adikku disana merupakan bayaran yang sangat berharga bagi kami. Mereka adalah aset negara. Indonesia membutuhkan mereka.
Itulah sepenggal cerita pengalaman yang takkan terlupa. Ayo semangat untuk semua pemuda! Berhentilah mengutuk kegelapan dan mulailah nyalakan lilin perubahan. Dari hal kecil, dari diri sendiri dan dari sekarang!

1 komentar:

Unknown mengatakan...

ninif.. folback :)